Advertisement

Ad Code

Panduan Praktis Rasio Aset Ekuitas: Studi Kasus Alfamart

Rasio Aset terhadap Ekuitas

Rasio Aset terhadap Ekuitas mengukur seberapa besar total aset suatu perusahaan yang benar-benar dimiliki oleh pemegang saham dibanding yang dimiliki kreditur.

Kamu pasti sering belanja di Alfamart. Pernah terlintas pikiran untuk menjadi pemiliknya? Kalau pernah, ada satu rasio menarik untuk mengecek seberapa besar aset Alfamart yang bisa kamu beli dengan membeli sahamnya.

Rasio tersebut adalah — seperti yang telah saya singgung di awal — rasio Aset terhadap Ekuitas. Rasio ini juga bisa kamu terapkan ke semua perusahaan yang sahamnya ingin kamu beli.

Jadi, seberapa banyak aset yang kamu beli dengan membeli saham suatu perusahaan?

Pengertian Rasio Aset terhadap Ekuitas

Rasio Aset terhadap Ekuitas, juga dikenal sebagai Equity Multiplier, merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar total aset perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham dibandingkan dengan yang dibiayai oleh utang.

Selain itu, rasio ini juga berguna ketika pemegang saham ingin memahami struktur keuangan suatu perusahaan, terutama dalam kaitannya dengan tingkat risiko. Penggunaan utang yang berlebihan dapat meningkatkan risiko keuangan jika perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar kembali utangnya.

Formula untuk menghitung rasio Aset terhadap Ekuitas adalah:

\(\text{Aset terhadap Ekuitas} = \frac{{\text{Ekuitas Pemegang Saham}}}{{\text{Total Aset}}}\)

Apa yang Diukur oleh Rasio Aset terhadap Ekuitas?

Rasio Aset terhadap Ekuitas mengukur tingkat leverage perusahaan, yaitu seberapa besar suatu perusahaan menggunakan utang dibandingkan dengan modal sendiri (ekuitas).

Rasio ini dapat memberikan informasi seberapa banyak aset perusahaan yang sebenarnya dimiliki oleh pemegang saham dibandingkan dengan yang dibiayai oleh utang.

Rasio yang tinggi bisa berarti perusahaan lebih banyak menggunakan utang untuk membiayai asetnya, yang bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, leverage dapat meningkatkan Return on Equity (ROE), tapi di sisi lain, kebanyakan utang bisa meningkatkan risiko keuangan perusahaan.

Penerapan pada Alfamart (AMRT)

Mari kita lihat bagaimana rasio ini diterapkan pada Alfamart dengan menggunakan laporan keuangannya pada tahun 2021, 2022, dan 2023[1].

Tahun 2021:

  • Total Aset: IDR 27.370.210 juta
  • Ekuitas Pemegang Saham: IDR 9.427.783 juta

\(\text{Aset terhadap Ekuitas 2021} = \frac{{27.370.210}}{{9.427.783}} = 2,90\)

Tahun 2022:

  • Total Aset: IDR 30.746.266 juta
  • Ekuitas Pemegang Saham: IDR 11.470.692 juta

\(\text{Aset terhadap Ekuitas 2022} = \frac{{30.746.266}}{{11.470.692}} = 2,68\)

Tahun 2023:

  • Total Aset: IDR 34.246.183 juta
  • Ekuitas Pemegang Saham: IDR 15.705.200 juta

\(\text{Aset terhadap Ekuitas 2023} = \frac{{34.246.183}}{{15.705.200}} = 2,18\)

Analisis Rasio Aset terhadap Ekuitas AMRT

Mari kita analisis lebih mendalam perubahan rasio Aset terhadap Ekuitas Alfamart dari 2021 hingga 2023 berdasarkan perhitungan yang telah kita lakukan dan berdasarkan data keuangannya.

Penurunan Rasio Aset terhadap Ekuitas dari 2021 hingga 2023

Rasio Aset terhadap Ekuitas Alfamart mengalami penurunan dari 2,9 pada tahun 2021 menjadi 2,18 pada tahun 2023.

Penurunan tersebut dapat dijelaskan oleh beberapa faktor utama, yaitu peningkatan ekuitas pemegang saham, perubahan kewajiban, dan kebijakan dividen dan laba ditahan.

Peningkatan Ekuitas

Peningkatan ekuitas pemegang saham Alfamart selama periode ini sangat signifikan:

  • Ekuitas pada 2021: IDR 9.427.783 juta
  • Ekuitas pada 2022: IDR 11.470.692 juta
  • Ekuitas pada 2023: IDR 15.705.200 juta

Ini menunjukkan adanya peningkatan ekuitas sebesar IDR 6.277.417 juta dalam kurun waktu tiga tahun. Salah satu faktor utama yang memengaruhi peningkatan ekuitas adalah kenaikan laba ditahan.

Perubahan Kewajiban

Mari kita lihat kewajiban Alfamart pada periode yang sama:

  • Kewajiban pada 2021: IDR 17.942.427 juta
  • Kewajiban pada 2022: IDR 19.275.574 juta
  • Kewajiban pada 2023: IDR 18.540.983 juta

Terlihat bahwa kewajiban Alfamart mengalami fluktuasi tetapi cenderung stabil, bahkan menurun pada tahun 2023.

Ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak secara signifikan meningkatkan utangnya, yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan rasio Aset terhadap Ekuitas.

Laba Ditahan dan Dividen

Seperti telah saya singgung sebelumnya, perubahan signifikan pada ekuitas pemegang saham juga bisa dikaitkan dengan laba ditahan. Berikut data laba ditahannya:

  • Laba Ditahan pada 2021: IDR 6.679.012 juta
  • Laba Ditahan pada 2022: IDR 8.754.466 juta
  • Laba Ditahan pada 2023: IDR 11.159.043 juta

Laba bersih Alfamart juga meningkat dari tahun ke tahun:

  • Laba Bersih pada 2021: IDR 1.923.874 juta
  • Laba Bersih pada 2022: IDR 2.855.284 juta
  • Laba Bersih pada 2023: IDR 3.403.657 juta

Namun, dividen yang dibagikan kepada pemegang saham juga meningkat:

  • Dividen per Saham pada 2021: IDR 18,78
  • Dividen per Saham pada 2022: IDR 24,06
  • Dividen per Saham pada 2023: IDR 28,68

Meskipun dividen yang dibagikan meningkat, Alfamart tetap menyisihkan sebagian besar laba bersihnya sebagai laba ditahan, yang berkontribusi pada peningkatan ekuitas.

Peningkatan laba ditahan menunjukkan bahwa perusahaan menjaga sebagian besar labanya untuk reinvestasi, yang memperkuat posisi ekuitas.

Menghitung Proporsi Aset yang Didukung oleh Ekuitas

Pada bagian ini saya akan menjawab pertanyaan di awal: "Seberapa banyak aset yang kamu beli dengan membeli saham suatu perusahaan?"

Untuk menjawabnya, kamu perlu menghitung berapa banyak aset yang dimiliki pemegang saham untuk tiap 1 rupiah ekuitas. Cara menghitungnya sendiri adalah dengan membalikkan Rasio Aset terhadap Ekuitas (Rasio A/E).

Tahun 2021:

  • Rasio A/E: 2,9
  • Proporsi Aset yang Didukung oleh Ekuitas: 1/2,9 ≈ 0,34

Ini berarti, untuk setiap 1 rupiah ekuitas, pemegang saham memiliki sekitar 0,34 rupiah dari total aset.

Tahun 2023:

  • Rasio A/E: 2,18
  • Proporsi Aset yang Didukung oleh Ekuitas: 1/2,18 ≈ 0,46

Ini berarti, untuk setiap 1 rupiah ekuitas, pemegang saham memiliki sekitar 0,46 rupiah dari total aset.

Apa yang dapat kita simpulkan dari perhitungan tersebut?

Jadi, dari perhitungan tersebut, kita bisa melihat bahwa seiring dengan penurunan rasio A/E, setiap rupiah ekuitas memberikan kontrol lebih besar atas aset perusahaan.

Pada tahun 2021, pemegang saham memiliki kontrol atas IDR 0,34 dari tiap rupiah aset (1/2,9). Pada tahun 2023, jumlah ini meningkat menjadi IDR 0,46 (1/2,18).

Ini berarti bahwa kepemilikan aset oleh pemegang saham meningkat, menunjukkan peningkatan kekuatan ekuitas dan pengurangan ketergantungan pada utang, memberikan pemegang saham kontrol yang lebih besar dan potensi pengembalian yang lebih stabil.

Penutup

Mengukur kesehatan keuangan perusahaan dengan rasio Aset terhadap Ekuitas dapat memberikan informasi yang berharga, baik bagi calon investor maupun pemegang saham existing.

Pada Alfamart, misalnya, penurunan rasio dari 2,90 pada 2021 menjadi 2,18 pada 2023 disebabkan oleh peningkatan ekuitas, yang sebagian besar berasal dari laba ditahan. Ini menunjukkan bahwa Alfamart berhasil meningkatkan modal sendiri sambil menjaga stabilitas utangnya.

Buat kamu yang sering berbelanja di Alfamart dan tertarik untuk menjadi pemilik minoritasnya, rasio ini bisa membantu kamu membuat keputusan investasi yang baik.

Terakhir, selalu ingat untuk menimbang risiko dan potensi pengembalian sebelum membuat keputusan investasi apapun.

ARTICLE SOURCES

  1. Laporan Tahunan dan Laporan keberlanjutan Alfamart. Retrieved June 24, 2024, from https://alfamart.co.id/investor-area/laporan-tahunan

Post a Comment

0 Comments

Comments