Obligasi konversi dan saham preferen konversi adalah instrumen keuangan yang memiliki fitur untuk dapat diubah menjadi saham biasa.
Jenis surat berharga perusahaan sangat beragam dan tidak terbatas hanya pada saham biasa, saham preferen, dan obligasi.
Pada perusahaan besar dengan struktur modal yang kompleks, instrumen keuangan yang diterbitkan dapat berupa obligasi konversi, saham preferen konversi, obligasi dengan waran, dan opsi saham karyawan.
Terkait obligasi dan saham preferen, keduanya pada dasarnya memiliki sedikit kesamaan dalam karakteristiknya, meskipun terdapat perbedaan yang perlu diperhatikan. Anda dapat membacanya dalam tulisan saya tentang perbandingan saham preferen vs obligasi.
Pada tulisan ini, saya akan membahas mengenai akuntansi untuk obligasi konversi dan saham preferen konversi.
Obligasi Konversi: Saham atau Utang?
Obligasi konversi (convertible bond) adalah jenis obligasi yang memungkinkan pemegang sertifikat atau investor untuk menukar obligasi tersebut dengan saham biasa sebelum jatuh tempo.
Dengan kata lain, bagi pemegang obligasi konversi, mereka memiliki opsi untuk menerima pembayaran pokok dan bunga seperti yang umumnya terjadi pada obligasi, atau mengonversikannya menjadi saham biasa.
Umumnya, obligasi konversi menawarkan tingkat kupon yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi yang tidak dapat dikonversi, dikarenakan adanya fitur konversi yang melekat pada instrumen tersebut.
Konversi Obligasi ke Saham: Proses dan Akuntansi
PT XYZ menerbitkan obligasi dengan nilai nominal 100 juta, jangka waktu 5 tahun, rate kupon 10%, pada harga 103. Nilai 103 mengindikasikan valuasi obligasi yang di atas nilai pokoknya.
Obligasi tersebut dapat dikonversi menjadi 5 ribu saham biasa dengan nilai nominal 10 ribu rupiah per lembar, setelah 3 tahun.
Entri jurnal atas penerbitan obligasi konversi sama saja dengan obligasi biasa (non-konversi), yaitu:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 103 juta | |
Utang Obligasi | 100 juta | |
Agio Obligasi | 3 juta |
Asumsikan pada tahun ke-3, investor memutuskan untuk mengonversi obligasi tersebut menjadi saham biasa.
Perlu dipahami bahwa agio obligasi diamortisasi sepanjang umur obligasi, sehingga nilai sisanya (agio yang belum teramortisasi) perlu didebit pada saat terjadinya konversi atau penjualan.
Terkait akuntansi untuk obligasi, kamu dapat membaca tulisan saya yang berjudul "Akuntansi Penerbitan Obligasi, Amortisasi, dan Beban Bunga".
Jadi, saat ini, posisi obligasi PT XYZ tersebut masih pada nilai 100 juta, sedangkan agio obligasinya yang diamortisasi menggunakan metode garis lurus tinggal tersisa 1,2 juta (3 juta - 1,8 juta).
Nilai buku obligasi pada tahun ke-3 menjadi 101,2 juta rupiah (100 juta + 1,2 juta), sedangkan nilai pasarnya adalah pada 105.
Pada saat konversi, entri atas saham biasa maupun obligasi menggunakan nilai buku, bukan nilai pasarnya, sehingga tidak ada keuntungan atau kerugian yang perlu diakui.
Atas hal tersebut, entri atas konversi obligasi PT XYZ pada tahun ke-3 adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Utang Obligasi | 100 juta | |
Agio Obligasi | 1,2 juta | |
Saham Biasa | 50 juta | |
Agio Saham Biasa | 51,2 juta |
Perhatikan, entri atas konversi tersebut mengabaikan nilai obligasi pada 105, serta nilai pasar saham.
Utang serta agio obligasi, pada saat konversi, diganti dengan saham biasa serta agio saham biasa. Agio saham biasa muncul karena nilai buku obligasi yang lebih tinggi dari nilai nominal saham biasa.
Saham Preferen: Potensi Konversi ke Saham Biasa
Saham preferen konversi (convertible preferred stock) memberikan hak kepada investor untuk mengubah saham preferen yang mereka miliki menjadi sejumlah saham biasa.
Fitur konversi pada saham preferen diberikan oleh perusahaan sebagai cara untuk menarik minat investor terhadap saham preferen tersebut.
Ketika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang pesat, nilai pasar saham biasanya akan meningkat secara otomatis.
Dalam situasi seperti itu, para pemegang saham preferen juga dapat ikut merasakan kesuksesan perusahaan dengan mengonversikan saham preferen yang mereka miliki menjadi saham biasa.
Mengelola Saham Preferen Konversi: Konversi dan Akuntansi
PT ABC menerbitkan 5 ribu saham preferen konversi dengan nilai nominal 20 ribu rupiah per lembar untuk kas sebesar 150 juta.
Saham preferen tersebut dapat dikonversi menjadi 7 ribu lembar saham biasa dengan nilai nominal 10 ribu rupiah per lembarnya.
Entri atas penerbitan saham preferen konversi sama saja dengan saham preferen biasa (non-konversi), yaitu:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 150 juta | |
Saham Preferen | 100 juta | |
Agio Saham Preferen | 50 juta |
Seiring berjalannya waktu, kinerja PT ABC mengalami lonjakan yang sangat signifikan dan berimbas pada kenaikan nilai pasar saham biasanya.
Atas hal tersebut, para pemegang saham preferen konversi PT ABC memutuskan untuk mengonversi saham preferennya menjadi saham biasa.
Dalam hal entri jurnal, sama seperti pada obligasi konversi, PT ABC perlu menggunakan metode nilai buku yang mengabaikan nilai pasar.
Akun saham preferen dan agio saham preferen perlu dinolkan dengan mendebitnya.
Sementara, akun saham biasa dikredit, dan apabila nilai saham biasa di bawah nilai buku saham preferen, maka untuk menyeimbangkannya, agio saham biasa dikredit.
Namun, bila nilai saham biasa di atas nilai saham preferen, maka untuk menyeimbangkannya, laba ditahan perlu didebit.
Jadi, jurnal atas konversi saham preferen PT ABC oleh investor, dientri oleh PT ABC sebagai berikut:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Saham Preferen | 100 juta | |
Agio Saham Preferen | 50 juta | |
Saham Biasa | 70 juta | |
Agio Saham Biasa | 80 juta |
Sekarang, untuk memahami bagaimana entri dilakukan apabila nilai buku saham biasa di atas nilai buku saham preferen, asumsikan saham preferen tersebut dapat dikonversi menjadi 17 ribu lembar saham biasa dengan nilai nominal 10 ribu rupiah per lembarnya.
Atas hal tersebut, jurnal atas konversi saham preferen PT ABC oleh investor, dientri oleh PT ABC sebagai berikut:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Saham Preferen | 100 juta | |
Agio Saham Preferen | 50 juta | |
Laba Ditahan | 20 juta | |
Saham Biasa | 170 juta |
Perhatikan perbedaannya!
Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, bahwa bila nilai saham biasa di atas nilai buku saham preferen, maka agio saham dikredit, sedangkan bila terjadi sebaliknya, maka laba ditahan didebit.
Penutup
Akuntansi untuk obligasi dan saham preferen konversi pada dasarnya sama dengan akuntansi untuk obligasi dan saham preferen biasa.
Perbedaannya terletak pada entri tambahan saat terjadi konversi, di mana obligasi dan saham preferen konversi yang beredar ditutup dengan melakukan debit sebesar nilai bukunya.
Nilai buku obligasi konversi adalah nilai pokok obligasi ditambah dengan sisa premiun atau diskon yang belum diamortisasi. Sedangkan nilai buku saham preferen adalah nilai nominal saham preferen ditambah dengan agio.
Selanjutnya, perusahaan akan melakukan kredit kepada saham biasa untuk menggantikan instrumen konversi tersebut. Jika nilai buku instrumen investasi konversi melebihi nilai nominal saham, maka seperti pencatatan penerbitan saham biasa pada umumnya, kelebihannya akan diakui sebagai agio saham biasa.
Sebelum menutup tulisan ini, kamu perlu memahami bahwa dengan adanya sekuritas konversi, dalam penyajian laporan keuangan, perlu mencantumkan laba per lembar saham dilusian atau diluted earnings per share, selain laba per lembar saham (EPS) biasa.
Sekian tulisan saya mengenai perlakuan akuntansi atas obligasi dan saham preferen konversi.
Stay safe and stay healthy. Take care!
0 Comments