Perusahaan seringkali menerbitkan opsi saham yang memberikan karyawannya hak untuk membeli saham perusahaan pada harga diskon untuk waktu yang terbatas.
Tujuan dari pemberian opsi tersebut adalah agar perusahaan dapat merekrut karyawan yang berkualitas ataupun sebagai kompensasi bagi karyawan yang berprestasi dan loyal.
Di Indonesia, opsi saham karyawan, lebih dikenal dengan sebutan ESOP, yang merupakan kependekan dari employee stock option program.
Perlakuan Akuntansi atas Opsi Saham Karyawan
Dua isu akuntansi terkait opsi saham karyawan adalah bagaimana menentukan beban kompensasi dan periode alokasi atas beban kompensasi tersebut.
Menentukan Beban Kompensasi atas Opsi Saham
Berdasarkan PSAK 53, nilai wajar opsi saham perusahaan publik, diestimasi dengan menggunakan model penentuan harga opsi (option-pricing model).
Selanjutnya, masih berdasarkan PSAK 53, selama periode nilai wajar tidak mungkin diestimasi, estimasi beban kompensasi didasarkan pada nilai intrinsik kini kompensasi tersebut.
Yang dimaksud nilai intrinsik adalah selisih harga pasar saham dengan harga opsi saham pada saat eksekusi.
Alokasi Beban Kompensasi
Pemberian opsi saham karyawan memerlukan entri penyesuaian tahunan untuk mengakui beban kompensasi.
Beban kompensasi dikalkulasikan pada tanggal pemberian kompensasi (grant period) dan dialokasikan secara merata pada periode di mana karyawan tidak dapat mengeksekusi opsi tersebut (vesting period).
Setelah vesting period berakhir, karyawan dapat meng-exercise haknya setiap saat hingga jatuh tempo atau hingga opsi tersebut kadaluarsa.
Contoh Kasus Pencatatan Opsi Saham Karyawan
Pada tanggal 1 Januari 2021, PT XYZ memberikan opsi saham kepada lima karyawannya untuk membeli 100 ribu lembar saham dengan nilai nominal 10 ribu pada harga exercise 20 ribu per lembar.
Harga pasar per lembar saham pada tanggal pemberian kompensasi adalah senilai 29 ribu per lembar.
Vesting period adalah selama 3 tahun, sehingga tanggal terawal untuk meng-exercise opsi tersebut adalah pada tanggal 1 Januari 2024.
Untuk menyederhanakan contoh kasus ini, maka, estimasi beban kompensasi dihitung berdasarkan nilai intrinsik kompensasi, yaitu sebesar:
Beban kompensasi per tahun = (29 ribu - 20 ribu) 100 ribu = 900 ribu : 3 tahun = 300 ribu
Pada tanggal 1 Januari 2021, tidak diperlukan adanya pencatataan.
Pencatatan dilakukan pada akhir tahun atau tanggal 31 Desember selama vesting period.
Atas hal tersebut, pencatatan pada tanggal 31 Desember tahun 2021, 2022, dan 2023 adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Beban Kompensasi | 300 ribu | |
Agio Saham - Opsi Saham | 300 ribu |
Pencatatan tersebut menyebabkan nilai "Modal Disetor - Opsi Saham" pada akhir vesting period di neraca adalah sebesar 900 ribu.
Selanjutnya, bila karyawan PT XYZ, pada tahun 2024, meng-exercise opsi untuk membeli 100 ribu lembar saham pada harga 20 ribu, maka, PT XYZ mencatat penerimaaan kas dan penerbitan saham biasa sebagai berikut:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 2 miliar | |
Agio Saham - Opsi Saham | 900 ribu | |
Saham Biasa (Nilai nominal) | 1 miliar | |
Agio atas Nilai Nominal Saham Biasa | 1,0009 miliar |
Namun, bila karyawan PT XYZ tidak meng-exercise seluruh opsi tersebut hingga tanggal kadaluarsanya, maka entri jurnal-nya adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Agio Saham - Opsi Saham | 900 ribu | |
Agio Saham - Opsi Saham Kadaluarsa | 900 ribu |
Dalam beberapa kasus, karyawan bisa saja kehilangan opsi saham karena gagal memenuhi persyaratan yang ditentukan, misalnya yang bersangkutan resign dari pekerjaan.
Atas hal tersebut, perusahaan perlu melakukan penyesuaian dengan mendebit Agio Saham - Opsi Saham dan mengkredit Beban Kompensasi.
Terkait exercise, pada contoh kasus di atas, hanya disajikan dua skenario, di mana karyawan meng-exercise atau tidak meng-exercise seluruh opsi yang ada.
Padahal, pada kenyataannya, bisa saja opsi yang di-exercise hingga kadaluarsa berkisar antara 90%, 60% atau bahkan 40% dari opsi yang ditawarkan.
Penutup
Dalam akuntansi, penerbitan opsi saham dapat mengurangi laba bersih dan laba ditahan pada tiap periodenya karena perusahaan perlu mencatat nilai intrinsik kompensasi sebagai beban kompensasi.
Namun demikian, penurunan laba ditahan tidak serta merta menurunkan nilai ekuitas karena pada saat pengakuan beban kompensasi tersebut, perusahaan mengompensasinya dengan mengkredit agio saham - opsi saham.
Selanjutnya, pada saat exercise, bila pemegang opsi memutuskan untuk mengeksekusi haknya, maka, akan terjadi peningkatan aset kas dan juga ekuitas karena adanya penerbitan saham biasa dan juga agio saham biasa.
Atas opsi saham yang tak dieksekusi, maka, perusahaan perlu mengurangkan nilai agio saham - opsi saham dengan mendebitnya serta mengkredit akun agio saham - opsi saham kadaluarsa.
Terakhir, dengan adanya sekuritas dilutif seperti opsi saham, maka, perusahaan perlu menyajikan laba per lembar saham dilusian disamping laba per lembar saham biasa,
Sekian tulisan saya mengenai akuntansi untuk opsi saham karyawan.
Stay safe and stay healthy. Take care!
0 Comments