Pelepasan aset tetap merupakan aktivitas perusahaan dalam mengelola aset tetap yang dimilikinya dengan beberapa metode, yaitu memensiunkan, menjual, maupun menukar aset tetap dengan aset tetap lain.
Perusahaan sering kali memutuskan untuk melepas aset yang sudah tidak lagi digunakan dalam mendukung kegiatan operasionalnya.
Saat melepas aset, perusahaan perlu memperhitungkan semua nilai yang terkait dengan aset. Ini termasuk nilai perolehan awal dan nilai akumulasi penyusutan pada tangal pelepasan.
Penyebab Pelepasan Aset Tetap
Beberapa penyebab pelepasan aset (fixed assets disposal), yang pertama, aset tersebut memang sudah tidak berguna bagi perusahaan meskipun aset tersebut masih produktif.
Penyebab yang kedua, mungkin saja, model terbaru dari aset tersebut sudah tersedia di pasar dan mampu beroperasi dengan lebih efisien dibandingkan aset yang ingin dilepas.
Kemudian, penyebab yang ketiga adalah aset tersebut sudah rusak dan dijual sebagai barang rongsokan.
Terakhir, yang keempat, aset tersebut sudah usang dan tidak bisa digunakan lagi oleh perusahaan.
Metode Pelepasan Aset Tetap
Perusahaan melepas asetnya dengan beberapa metode, yaitu dengan memensiunkan penggunaan aset, menjual aset, dan menukarnya dengan aset yang baru.
Apapun metode pelepasan aset yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan perlu menentukan nilai buku dari aset yang akan dilepas pada tanggal pelepasan untuk mengakui keuntungan (gain) atau kerugian (loss).
Nilai buku aset merupakan selisih antara nilai perolehan dengan akumulasi depresiasi / penyusutannya.
Terkait nilai perolehan dan depresiasi aset tetap dalam akuntansi, kamu bisa membaca tulisan saya yang berjudul "Akuntansi untuk Aset Tetap Berwujud dan Depresiasi".
Teknis pelepasan aset dalam akuntansi adalah dengan mengeliminasi nilai buku aset dengan mendebit akumulasi depresiasi dan mengkredit nilai perolehan aset yang akan dilepas.
Pelepasan Aset dengan Memensiunkan Penggunaannya
Asumsikan PT XYZ memensiunkan penggunaan satu unit CPU-nya, yang diperoleh dengan harga 25 juta. Akumulasi depresiasi-nya sudah mencapai nilai perolehannya atau dengan kata lain CPU tersebut telah terdepresiasi secara penuh (nilai bukunya sudah nol).
Entri jurnal atas pelepasan aset tersebut adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Akumulasi Depresiasi - Peralatan | 25 juta | |
Peralatan | 25 juta |
Bagaimana perlakuan akuntansi atas aset yang telah terdepresiasi secara penuh, namun masih digunakan oleh perusahaan?
Akumulasi depresiasinya akan tetap dilaporkan di neraca perusahaan tanpa adanya proses depresiasi lebih lanjut, hingga perusahaan memensiunkan aset tersebut.
Ketika suatu aset telah terdepresiasi secara penuh, maka, tidak perlu ada proses depresiasi lagi sehingga akumulasi depresiasi suatu aset tidak akan melebihi nilai perolehan dari aset tersebut.
Pada kasus lainnya, bagaimana perlakuan akuntansi atas aset yang dipensiunkan sebelum terdepresiasi secara penuh?
Apabila suatu aset dipensiunkan sebelum didepresiasi secara penuh dan tidak ada kas yang diterima, maka, kerugian (loss) harus diakui.
Mengambil contoh pada PT XYZ sebelumnya, asumsikan kali ini CPU tersebut dipensiunkan ketika akumulasi depresiasinya baru mencapai 22 juta pada saat tanggal pelepasan.
Entri jurnal atas pelepasan aset tersebut adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Akumulasi Depresiasi - Peralatan | 22 juta | |
Kerugian Pelepasan Aset | 3 juta | |
Peralatan | 25 juta |
Pada laporan laba rugi, kerugian pelepasan aset ini dilaporkan di "beban lainnya".
Pelepasan Aset Tetap dengan Menjualnya
Pada pelepasan aset tetap dengan cara menjual, perusahaan perlu membandingkan nilai buku dari aset yang dijual dengan uang yang diperoleh dari penjualan aset tersebut.
Bila uang yang diperoleh lebih tinggi dari nilai bukunya, maka, perusahaan mengakuinya sebagai keuntungan pelepasan aset (gain).
Sebaliknya, bila uang yang diperoleh lebih rendah dari nilai bukunya, maka, perusahaan perlu mengakui selisihnya sebagai kerugian pelepasan aset (loss).
Keuntungan Penjualan Aset
Asumsikan PT ABC menjual mesin pabriknya seharga 15 juta. Harga perolehan mesin tersebut adalah sebesar 100 juta dan akumulasi depresiasi pada tanggal pelepasan telah mencapai 90 juta.
Maka, keuntungan pelepasan aset:
\(15 \, \text{juta} - (100 \, \text{juta} - 90 \, \text{juta}) = 5 \, \text{juta}\)
Entri jurnal atas pelepasan aset tersebut adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 15 juta | |
Akumulasi Depresiasi | 90 juta | |
Keuntungan Penjualan Aset | 5 juta | |
Mesin | 100 juta |
Kerugian Penjualan Aset
Mengambil contoh sebelumnya pada PT ABC, asumsikan mesin tersebut hanya laku terjual senilai 5 juta.
Maka, kerugian pelepasan aset:
\(5 \, \text{juta} - (100 \, \text{juta} - 90 \, \text{juta}) = 5 \, \text{juta}\)
Entri jurnal atas pelepasan aset tersebut adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kas | 5 juta | |
Akumulasi Depresiasi | 90 juta | |
Kerugian Penjualan Aset | 5 juta | |
Mesin | 100 juta |
Pelepasan Aset Tetap dengan Menukarnya dengan Aset Tetap Baru
Dibanding menjual atau memensiunkan asetnya, perusahaan mungkin saja menukarnya dengan model yang terbaru.
Pencatatan akuntansi atas pertukaran tersebut, setidaknya akan melibatkan beberapa hal seperti nilai buku dan nilai pasar aset lama, serta juga nilai pasar aset baru.
Nilai buku aset lama akan dibandingkan dengan nilai pasarnya. Apabila nilai pasarnya lebih tinggi dari nilai bukunya, maka, timbul keuntungan (gain), namun, bila nilai pasarnya lebih rendah dari nilai bukunya, maka, kerugian (loss) harus diakui.
Di sisi lain, aset baru diakui senilai dengan nilai pasarnya.
Selanjutnya, aset lama dan beban depresiasi-nya perlu dikeluarkan dari neraca.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan data berikut:
Aset Lama | Aset Baru | ||
---|---|---|---|
Nilai historis | 100 juta | Biaya perolehan | 150 juta |
Akumulasi depresiasi | 85 juta | Nilai pasar aset baru | 150 juta |
Nilai pasar aset lama | 25 juta | Potongan tukar tambah | 25 juta |
Kas yang dibayarkan | 125 juta |
Atas data tersebut, maka, pertama-pertama perlu ditentukan terlebih dahulu untung atau rugi dari pertukaran aset tersebut:
Nilai pasar aset lama | 25 juta |
Dikurang: Nilai buku aset lama | 15 juta |
Keuntungan dari pertukaran | 10 juta |
*Nilai buku lama: 100 juta - 85 juta = 15 juta |
Selanjutnya, entri jurnal atas transaksi tersebut adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Akumulasi Depresiasi | 85 juta | |
Peralatan (Baru) | 150 juta | |
Peralatan (Lama) | 100 juta | |
Kas | 125 juta | |
Keuntungan Pertukaran Aset | 10 juta |
Bagaimana perlakuan akuntansi bila terjadi kerugian atas pertukaran aset tersebut?
Untuk mempermudah penjelasan, menggunakan data di atas, alih-alih 25 juta, nilai pasar aset lama adalah sebesar 10 juta. Maka kas yang perlu dibayarkan adalah sebesar 150 juta - 10 juta = 140 juta.
Entri jurnal atas transaksi tersebut adalah:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Akumulasi Depresiasi | 85 juta | |
Peralatan (Baru) | 150 juta | |
Kerugian Pertukaran Aset | 5 juta | |
Peralatan (Lama) | 100 juta | |
Kas | 140 juta |
Penutup
Perlakuan akuntansi atas pelepasan aset tetap bergantung pada metode yang digunakan perusahaan dalam melepaskan aset tetap tersebut.
Beberapa metode pelepasan yang umum digunakan perusahaan adalah dengan memensiunkan penggunaan aset tetapnya, menjualnya, atau menukarnya dengan model yang lebih baru.
Meski demikian, pada semua metode pelepasan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengeliminasi nilai buku aset tetap pada saat tanggal pelepasan.
Selanjutnya, perusahaan perlu mengidentifikasi kas yang diterima maupun dikeluarkan pada saat terjadinya pelepasan aset.
Terakhir, perusahaan perlu menentukan nilai keuntungan (gain) atau kerugian (loss) yang timbul dari pelepasan aset tersebut.
Sebagai catatan, pada tulisan ini, aset tetap yang dimaksud adalah aset tetap berwujud dan bukan aset tetap tak berwujud maupun aset sumber daya alam (SDA).
Sekian tulisan saya mengenai akuntansi untuk pelepasan aset tetap.
Stay safe and stay healthy. Take care!
0 Comments