Akuntansi berbasis akrual merupakan suatu basis dalam pencatatan transaksi keuangan pada saat terjadinya transaksi, bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh perusahaan.
Kebanyakan pengusaha UMKM yang saya temui, memiliki keahlian yang membuat saya terkagum-kagum atas ide, determinasi, dan kerja keras mereka dalam memajukan bisnisnya.
Mereka bisa tidak tidur dalam waktu 48 jam untuk menemukan suatu ide bisnis, mempresentasikan ide tersebut kepada investor, dan pada akhirnya mengonversi ide tersebut ke dalam suatu produk atau jasa yang bernilai tambah dan diminati pasar.
Namun demikian, kebanyakan pengusaha UMKM yang saya temui itu juga, justru memiliki tingkat ketidakpedulian yang cukup tinggi pada laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntasi keuangan yang berlaku, hingga pada akhirnya bisnis mereka menemui hambatan dalam hal pasokan informasi keuangan yang dapat diandalkan untuk keperluan analisis kinerja keuangan, pertanggungjawaban ke pemegang saham, pengajuan dana ke kreditur, pajak, dll.
Apa yang menyebabkan perilaku pengusaha yang demikian?
Seperti yang telah saya jelaskan pada tulisan saya yang berjudul pentingnya akuntansi bagi perusahaan, para pengusaha ini cenderung terlalu fokus pada pengembangan bisnisnya dan menganggap pencatatan kas keluar dan kas masuk, sudah cukup untuk merekam kegiatan perusahaan dalam hal keuangan.
Tentu hal ini tidak sepenuhnya salah, karena akuntansi pun mengakui pencatatan berbasis kas, namun demikian, pencatatan secara akuntansi, meskipun berbasis kas, tetapi sangat kompleks dan menerapkan sistem double entry, sehingga menghasilkan pencatatan yang sangat rapi dan memiliki output berupa laporan yang dapat diandalkan.
Akuntansi Berbasis Kas dan Akrual
Apa yang dimaksud dengan akuntansi berbasis kas?
Sesuai namanya, ini adalah adalah metode pencatatan berbasis kas, artinya, pendapatan diakui saat kas diterima oleh perusahaan dan biaya serta beban dicatat saat perusahaan mengeluarkan kas untuk membayarnya.
Simpel, tetapi berpotensi menyebabkan salah saji dalam laporan keuangan.
Misalnya saja saat perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya kepada pelanggan atas penjualan produk atau jasa. Pendapatan tidak akan diakui sampai kas atas penjualan tersebut diterima, sehingga, mungkin saja, pendapatan tidak dicatat pada periode yang seharusnya.
Lalu adakah solusi terkait hal tersebut?
Ya, di akuntansi, sebagai lawan dari basis kas, dikenal juga akuntansi berbasis akrual, yang mengakui pendapatan di periode selesainya kewajiban perusahaan atas penjualan produk atau jasa terhadap pelanggannya. Biasanya, ketika invoice dikirim ke pelanggan dan bukan pada saat kas diterima. Kemudian, sama halnya dengan penjualan, pada basis akrual, beban juga diakui pada saat terjadinya, bukan pada saat kas keluar.
Lalu metode manakah yang harus dipakai, basis akrual atau basis kas?
PSAK 1 menyatakan bahwa suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya menggunakan metode akrual, kecuali laporan cash flow. Demikian pula dengan UU Perpajakan, meskipun dalam hal pemotongan pajak penghasilan menggunakan basis kas, tetapi dalam hal pengakuan penjualan dan pembelian, menggunakan basis akrual.
Jadi jelas ya, untuk perusahaan-perusahaan, baik perusahaan kecil maupun menengah, untuk mencegah kekisruhan-kekisruhan terkait laporan keuangan perusahaan di kemudian hari, gunakanlah penyusunan laporan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berbasis akrual.
Perlunya Jurnal Penyesuaian pada Akuntansi Berbasis Akrual
Jurnal penyesuaian dibuat untuk memastikan pengakuan atas pendapatan dan beban mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku, yaitu agar dicatat pada saat terjadinya, bukan pada saat kas diterima atau keluar.
Pada beberapa kejadian dan periode, data atas suatu transaksi mungkin tidak up-to-date dan tidak lengkap, karena beberapa alasan berikut:
- Beberapa kejadian tidak dicatat pada basis harian, seperti penggunaan perlengkapan dan gaji pegawai. Pasti akan sangat aneh dan tidak efisien, bila suatu perusahaan "menyeharikan" hitungan gaji para pegawainya untuk mengikuti prinsip pencatatan beban dan mencatatnya harian.
- Beberapa biaya perolehan atau akusisi tidak hanya dicatat pada suatu periode akuntansi, karena biaya-biaya tersebut akan dialokasikan ke periode-periode berikutnya dan habis seiring berlalunya waktu, sesuai umur manfaatnya. Contohnya adalah biaya bangunan, sewa, dan asuransi.
- Beberapa biaya tidak dapat dicatat, karena datanya belum ada. Misalnya tagihan listrik atau telepon, di mana tagihannya baru ada pada bulan berikutnya atau ketika suatu periode akuntansi telah berlalu.
Tipe-tipe Jurnal Penyesuaian pada Akuntansi Berbasis Akrual
Jurnal penyesuaian untuk pendapatan dan beban dibagi menjadi dua tipe, yaitu yang bersifat penangguhan (deferrals) dan yang bersifat akrual (accruals).
Untuk penangguhan dibagi menjadi dua, yaitu beban dibayar di muka (prepaid expenses) dan pendapatan diterima di muka (unearned revenues). Sedangkan yang bersifat akrual, juga dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan yang akan diterima (accrued revenues) dan beban yang masih harus dibayar (accrued expenses).
Beban Dibayar di Muka
Ketika suatu perusahan membayar beban yang memiliki manfaat untuk beberapa periode akuntansi, maka beban tersebut tidak perlu dibebankan langsung di laporan laba rugi, melainkan diakui sebagai beban dibayar di muka yang akan menambah aset perusahaan, kemudian selanjutnya akan dibiayakan setiap periodenya melalui biaya yang dibagi rata antara nilai perolehan dengan umur manfaatnya.
Contoh biaya dibayar di muka adalah asuransi, perlengkapan, iklan, dan sewa. Selain itu, termasuk juga akuisisi aset tetap, yang pembiayaannya dilakukan melalui penyusutan setiap periodenya selama umur ekonomis aset tetap tersebut.
Perlengkapan
Pada tanggal 10 Maret 2020, perusahaan membeli perlengkapan senilai 5 juta. Atas transaksi tersebut kas perusahaan berkurang 5 juta, sedangkan perlengkapan di sisi aset bertambah 5 juta.
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Perlengkapan | 5 juta | |
Kas | 5 juta |
Pemakaian perlengkapan tersebut tidak dicatat pada basis harian, sehingga pada akhir bulan atau tanggal 31 Maret 2020, perlengkapan di sisi aset masih ada senilai 5 juta, padahal ketika dilakukan stock opname atas nilai perlengkapan, nilainya hanya tersisa 1 juta. Artinya, selama bulan Maret 2020, biaya atas perlengkapan yang digunakan adalah sebesar 4 juta (5 juta - 1 juta).
Kejadian tersebut menyebabkan penurunan nilai perlengkapan pada akhir Maret 2020, sehingga perlu dibuat jurnal penyesuaian berikut:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Beban Perlengkapan | 4 juta | |
Perlengkapan | 4 juta |
Asuransi
Pada tanggal 3 Maret 2020, perusahaan mengasuransikan bangunannya untuk perlindungan kebakaran selama satu tahun senilai 1,2 juta. Atas transaksi ini, perusahaan tidak membebankan seluruh biayanya ke laporan laba rugi, tetapi mengakuinya sebagai penambahan aset dengan nama akun asuransi dibayar di muka.
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Asuransi Dibayar di Muka | 1,2 juta | |
Kas | 1,2 juta |
Kemudian, asuransi tersebut akan dibiayakan secara proporsional setiap bulannya sebesar 100 ribu (1,2 juta : 12). Sehingga pada akhir bulan Maret 2020, perusahaan harus membuat penyesuaian atas biaya asuransi ini. Bila tidak dilakukan, maka biaya asuransi bulan Maret 2020 akan ada kurang saji sebesar 100 ribu.
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Beban Asuransi | 100 ribu | |
Asuransi Dibayar di Muka | 100 ribu |
Penyusutan
Pada tanggal 7 Maret 2020 perusahaan membeli kendaraan operasional senilai 200 juta. Atas transaksi ini perusahaan tidak langsung membiayakan keseluruhan akuisisi ini karena dapat menyebabkan lebih saji pencatatan pada periode tersebut dan menyebabkan kurang saji pada periode-periode berikutnya. Perusahaan akan mencatatnya sebagai penambahan aset pada akun kendaraan sebesar 200 juta.
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Kendaraan | 200 juta | |
Kas | 200 juta |
Pada akhir bulan Maret 2020, perusahaan perlu melakukan penyesuaian atas beban depresiasi / penyusutan kendaraan, agar tidak terjadi kurang saji atas nilai beban tersebut pada bulan Maret 2020.
Asumsikan umur ekonomis kendaraan adalah selama 8 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa, sehingga biaya penyusutan per bulannya adalah senilai 2,08 juta (200 juta : 96 bulan)
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Penyusutan kendaraan | 2,08 juta | |
Akum. penyusutan kendaraan | 2,08 juta |
Pendapatan Diterima di Muka
Ketika perusahaan menerima pembayaran sebelum jasa diberikan, maka perusahaan belum bisa mengakui sebagai pendapatan di laporan laba rugi, tetapi diakui sebagai pendapatan diterima di muka yang dicatat di neraca sisi kewajiban.
Pada tanggal 5 April 2020, suatu perusahaan ZZZ yang bergerak di bidang content creating menerima pembayaran sebesar 150 juta untuk jasa yang di dalam kontraknya akan selesai pada tanggal 30 Juni 2020. Atas pembayaran ini, perusahaan ZZZ mengakuinya sebagai kewajiban, bukan sebagai pendapatan.
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Bank | 150 juta | |
Pendapatan Diterima di Muka | 150 juta |
Selama bulan April 2020, perusahaan ZZZ mengevaluasi progress atas jasa tersebut dan menentukan bahwa sebesar 50 juta dari 150 juta pendapatan diterima di muka sudah dapat diakui sebagai pendapatan. Pada tanggal 30 April 2020 perlu dilakukan penyesuaian agar tidak terjadi kurang saji atas nilai pendapatan dan lebih saji atas nilai kewajiban.
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Pendapatan Diterima di Muka | 50 juta | |
Pendapatan Jasa | 50 juta |
Pendapatan yang Akan Diterima
Ketika suatu perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya kepada pelanggan atau jasa sudah diberikan sesuai dengan kontrak di awal, tetapi perusahaan tersebut belum menerima pembayaran, maka, perusahaan akan mengakuinya sebagai pendapatan yang akan diterima atau piutang usaha.
Misalkan pada bulan Desember 2020, perusahaan telah menyelesaikan pembuatan booth pesanan pelanggan senilai 250 juta, namun belum menerima pembayarannya. Maka atas hal tersebut, supaya tidak terjadi kurang saji atas nilai aset, pendapatan, serta laba bersih, pada tanggal 31 Desember 2020 perusahaan perlu membuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Piutang Usaha | 250 juta | |
Pendapatan Jasa | 250 juta |
Beban yang Masih Harus Dibayar
Beban-beban yang telah terjadi, namun belum dibayarkan pada suatu periode disebut beban yang masih harus dibayar dan harus dilakukan penyesuaian pada akhir periode dengan mengakuinya sebagai penambah utang di neraca dan penambah beban di laba rugi. Contoh dari beban yang masih harus dibayar adalah beban bunga obligasi, wesel, pajak, dan gaji.
Saya akan mengambil contoh kasus pada perusahaan XYZ yang menerbitkan wesel bayar 3 bulan senilai 50 juta dengan bunga tahunan sebesar 15 % pada tanggal 1 Juli 2020 untuk menyelesaikan utang usaha pada perusahaan ABC yang telah lewat jatuh temponya.
Pada tanggal 31 Juli 2020, perusahaan XYZ, meskipun belum membayar bunga atas wesel tersebut, harus mengakui beban bunga yang terjadi. Adapun cara perhitungan beban bunga per bulannya adalah sebagai berikut:
Total bunga = 50 juta x 15% x 3/12 = 1,875 juta
Bunga per bulan = 1,875 juta / 3 = 625 ribu
Jadi, pada pada tanggal 31 Juli 2020, perusahaan XYZ harus melakukan penyesuaian pada beban bunga dan utang bunga agar beban bunga di laba rugi dan utang bunga di neraca tidak kurang saji sebesar 625 ribu. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Beban bunga | 625 ribu | |
Utang bunga | 625 ribu |
Penutup
Akuntansi berbasis akrual merupakan suatu metode akuntansi yang mengakui pendapatan dan beban bukan pada saat kas diterima, namun pada saat terjadinya pendapatan atau beban tersebut.
Hal tersebut menyebabkan perlunya perusahaan untuk membuat berbagai entri atau jurnal penyesuaian agar baik pendapatan, beban, aset, maupun kewajiban tidak disajikan lebih atau kurang dari nilai seharusnya.
Sekian tulisan saya mengenai metode akuntansi berbasis akrual dan jurnal penyesuaiannya yang untuk beberapa orang mungkin cukup membingungkan. Padahal, pada kenyataannya, akuntansi berbasis akrual ini sangatlah sederhana dan dapat membantu suatu bisnis dalam menyajikan laporan keuangan yang andal.
0 Comments